Popular Post

Posted by : utamibiran Sabtu, 29 November 2014


“Hai,” kopi pagi terus ada. Dia menjadi menyenangkan menjadi kebahagiaan di tengah kerunyaman hidup. Tak terasa sudah lama kita berdua... Sudah lama tidak ada si senyum, dan aku mulai terbiasa. Dia yang membuatku terbiasa tanpa senyumnya.

Pemilik senyum itu, terus berlari saat dikejar. Dan dia berhenti saat akupun berhenti. Seperti kuda yang menemukan padang rumput yang luas. Dia lepas, hempas, tanpaku. Yap dia bahagia, walau bukan denganku. Aku harus bahagia, sebahagia ia tertawa.

Baik! Kita mulai semuanya disini... Kisah ini bermula di kala pagi. Pagi itu pagi yang berbeda. Kopi iya dia, alasanku bukan menjadikannya pelarian. Bukan! Aku tak sejahat itu kepada orang yang tepat berdiri didepan pintu rumahku saat ini. “Hai,” Didepan pintu. Iya! Tepat didepan pintu! “Tau dari mana rumah gue” terheran, aku tak pernah mengajaknya kerumah. “Kemaren sore sengaja ikutin lo tapi lo gatau kan”. Dasar kopi! Selalu punya kejutan disetiap pagi. Selalu memberi semangat berbeda!

Saat dalam perjalanan, dia selalu melempar senyum yang tak pernah semanis itu. Aku dapati gulamu sekarang kopiiii! Kenapa jadi beda? Kenapa rasa ini  hampir sama seperti aku melihat kuda dulu? Satu pertanyaan yang  mengacaukan lamunanku. “Hei kenapa rata-rata cewe sukanya sama yg indah kaya ngeliat bintang diatas bukit? Dari pada main ke dufan gitu?” jawabku “yaiyalah kedufan mah capek panas” ternyata dia punya kalimat lain yang membuatku terheran “Pantes cewe suka yang indah tapi ga bisa langsung dirasa kebahagiaannya, kenapa sih cewe suka sama yg susah digapai padahal didepan matanya udah ada kebahagiaan yang ngejamin mereka bahagia” Aku diam, diam seribu bahasa. Sepertinya kopi tau, tau aku pernah menyimpan rasa. Dan diapun hanya tersenyum...

Siang itu, dimana siang seperti biasanya berjalan. Kopi selalu hadir disaat kekosongan. Dia memecah lamunanku dan mengajakku makan, seperti biasanya. Itu siang seperti biasa, tapi ada hal spesial yang tak biasa. “Coba deh, enak...” Dan untuk pertama kalinya dia memberi 1 suapan untukku. Dan pertama kalinya aku tak menolaknya dan mataku terasa terhenti didalam tatapannya. Sekali lagi perbedaan itu ku rasa hari ini...

Sore dihari yang sama. Aku sengaja meninggalkannnya, berharap dia tak melihatku dan tak mengantarku pulang. Sudah cukup keanehan untuk hari ini pikirku. Tapi belum berakhir. Ternyata dia sudah didepanku sekarang. “Ko duluan sih tadi? Untung gue sigap” Dan akupun ikut dengannya. Disela perjalanan, dia berhenti dan sekali lagi keanehan ini hadir tapi ini lebih dari keanehan sepanjang hari tadi. “Gue suka sama lo, gue tau lo suka sama kuda gue tau pasti yang lo harap saat ini yg ngomong ini dia. Kalian cocok, lo bisa dapet dia. Tapi dia ga mau jadi perusak, ngerusak bongkahan2 yang udah gue bangun. Tolong hargain hubungannya, ayo kita buat cerita kita sendiri. Jalanin yuk” Akupun hanya bisa terdiam, dan diapun  tersenyum “Gak dijawab sekarang juga gpp” Akupun turun, dan dia membelai kepalaku.


Sekali lagi, aku telah mendapati gulamu kopiiii !

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Utami Pratiwi -