Popular Post

Posted by : utamibiran Kamis, 04 Februari 2016


Hai malam, hai hujan, hai kerinduan yang lama tak bersua.

Malam ini dengan diiringi rintikan hujan, aku terbaring lemas tak berdaya.

Karena siapa? Cinta? Ah sudah kebal aku dengan satu kata itu. Ini hal lain yang lebih dari satu kata, Yap dua kata “Masa Depan”. Hei sibuk sekali, bahkan yang lain masih sibuk dengan kebahagiaan hati mereka. Mungkin maksudnya, mencari mood.

Pikirku mungkin bukan sesempit itu. Menurutku mood itu dibangun bukan di cari. Hei, apa yang kamu abaikan selama mencari mood yang katamu hilang? Banyak!

Mereka, do’a mereka, dan waktu. Mereka? Iya. Mereka orang-orang yang menyayangimu. Yang mendo’akanmu disetiap sujudnya. Kalian lupa? Menunggu itu bukan hal mudah. Kalian lupa? Berdo’a tanpa diusahakan itu lelah. Kalian lupa? Usaha mereka tak terbayar hanya dengan kalian menyerah. KALIAN LUPA? MEREKA SEMAKIN MENUA.

Mah pah, tunggu aku bawa pulang hasil yang aku usahakan ya. Seperti kata kalian, apa yang aku buat harus berguna untuk semua orang. Mah pah, aku bangga punya kalian. Aku tau kalian tak sedikitpun mengerti apa yang aku bicarakan tapi kalian selalu terima dan memberi seribu semangat saat aku keluarkan keluhan. Mah pah, aku cengeng. Aku bukan orang kuat seperti teman-temanku, tapi bahkan tak sedikitpun kalian keluarkan sesal saat Tuhan ciptakan aku. Kalian bilang aku anugerah terindah Tuhan. Tapi bagiku, tiada anugerah terindah selain hidup bersama kalian, mengukir tawa disetiap petang, merindu setelah hujan, dan selalu menjadi kebanggaan kalian walaupun aku terlihat sama seperti yg lain tapi dimata kalian apa yang jadi lemahku itulah kekuatanku.

Saat nanti kalian baca ini, aku yakin aku sudah buat kalian bahagia. Karena AKU BANGGA PUNYA KALIAN.

Mah pah, sekarang aku tau rasanya berharap. Bukan lagi harapan terbesar, tapi harapanku satu-satunya hanya dia. Dia buat aku lemah mah pah. Sekali lagi, ini bukan tentang cinta. Ini tentang AKU, mahasiswi umur 21 tahun disemester akhir.

Mah pah, aku tidak anggap dia jahat. Dia baik, tapi caraku menerima sikapnya yang terlalu berlebihan kata teman-temanku. Kembali lagi, aku kecewa mah pah. Bukan karena aku berpikir dia jahat karena sikapnya, tapi karena harapanku satu-satunya hanya dia. Dan dia pergi tanpa permisi. Tolong jangan baca ini tentang cinta.

Sekarang, harapanku harus ku ubah. Aku sendiri yang sering bilang. “Jangan terus ngandelin orang.” ke teman-temanku. Apa tujuannya? Ini. Aku tak mau mereka merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Harapan satu-satunya, tapi tak dapat diharapkan. Aku selalu bilang, belajar. Bukan meminta. Tolong, bukan menodong. Tujuanku satu, agar mereka bisa juga jadi andalan. Setidaknya untuk diri sendiri.

Ya, diri sendiri. Harapanku harus aku ubah. Aku harus menjadi andalan. Mah pah, terimakasih sekali lagi atas senyum disetiap pagi yang kalian berikan penuh harap. Mah pah, tami belum jadi anak baik. Tapi tami lakuin yang terbaik buat kalian.


Karena kalian impianku, dan kebahagiaan kalian tujuan akhirku. 

{ 1 komentar... read them below or add one }

- Copyright © Utami Pratiwi -